Karakter Anak: Kunci Menuju Indonesia yang Lebih Baik - Gerbang Nusantara News

21 Mei 2025

Karakter Anak: Kunci Menuju Indonesia yang Lebih Baik

Ilustrasi Anak dan Ibu (Sumber: Freepik)

Oleh: Revani Meiliana (Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta)

Bayangkan Indonesia di masa depan. Bayangkan generasi penerus bangsa yang cerdas, berprestasi, dan berakhlak mulia. Cita-cita luhur itu tidak akan terwujud begitu saja. Melainkan memerlukan tiang yang kokoh, yang dibangun sejak usia dini, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai etika dan budi pekerti. 

Bukan hanya sekadar sopan santun, tetapi karakter yang akan membentuk kepribadian mereka dan membimbing langkah mereka di masa mendatang. Mengajarkan etika pada anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah investasi paling berharga untuk masa depan bangsa.

Hanifah Putrisadiyah, seorang guru Sekolah Dasar Al Azhar Syifa Budi, menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan pilar penting dalam pembentukan generasi yang kuat dan bermartabat.

“Anak-anak yang dibesarkan dengan nilai-nilai etika yang kuat akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial, memiliki hubungan yang harmonis dengan orang lain, dan berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.” Jelas Hanifah.

“Kemampuan berempati, berkomunikasi dengan baik, dan menjaga hubungan baik merupakan kunci kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk itu, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai etika pada anak sejak usia dini.” Ujar Hanifah kembali.

‘Tolong’ Ungkapan Penghormatan dan Kerendahan Hati

Ajarkan anak untuk mengucapkan ‘tolong’ saat meminta bantuan. Kata ‘tolong’ merupakan ungkapan penghormatan dan kerendahan hati. Ini menunjukkan bahwa anak menghargai usaha dan waktu orang lain. 

Dengan mengucapkan ‘tolong,’ anak belajar untuk mengakui kebutuhan bantuan dan tidak menganggap orang lain sebagai alat untuk memenuhi keinginannya. Ini juga membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling menghargai. Lakukan ini secara konsisten, baik di rumah maupun di luar rumah.

‘Terima Kasih’, Ungkapan Syukur dan Apresiasi

Ajarkan anak untuk mengucapkan ‘terima kasih’ setelah menerima bantuan atau hadiah. ‘Terima kasih’ bukan hanya sekadar kata-kata sopan santun, tetapi merupakan ungkapan syukur dan apresiasi atas kebaikan yang telah diterima. 

Dengan mengucapkan ‘terima kasih,’ anak menunjukkan bahwa mereka menghargai usaha dan kebaikan orang lain. Ini juga menumbuhkan sikap bersyukur dan tidak menganggap kebaikan orang lain sebagai sesuatu yang wajar.

‘Maaf’, Tanda Tanggung Jawab dan Empati

Ajarkan anak untuk mengucapkan ‘maaf’ ketika melakukan kesalahan. ‘Maaf’ bukan hanya sekadar pengakuan kesalahan, tetapi juga merupakan tanda tanggung jawab dan empati.

Dengan mengucapkan ‘maaf,’ anak menunjukkan bahwa mereka memahami dampak perbuatan mereka terhadap orang lain dan bersedia bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Ini juga mengajarkan anak untuk belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya di masa mendatang.

Permisi’, Tanda Hormat dan Perhatian terhadap Orang Lain

Ajarkan anak untuk mengucapkan ‘permisi’ sebelum memasuki ruangan atau mencelah pembicaraan. ‘Permisi’ merupakan tanda hormat dan perhatian terhadap orang lain. 

Ini menunjukkan bahwa anak menghargai waktu dan ruang pribadi orang lain. Dengan mengucapkan ‘permisi,’ anak belajar untuk bersikap sensitif terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain.

Meminta Izin, Latihan Disiplin dan Ketaatan pada Aturan

Ajarkan anak untuk meminta izin sebelum melakukan sesuatu, seperti meminjam barang, pergi bermain, atau menggunakan barang milik orang lain. Meminta izin mengajarkan disiplin dan ketaatan pada aturan. Ini juga menunjukkan bahwa anak menghargai hak milik orang lain dan tidak sembarangan menggunakan barang milik orang lain tanpa izin.

Mengetuk Pintu, Menghargai Privasi dan Kebebasan Individu

Ajarkan anak untuk mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan, termasuk kamar orang tua atau kamar saudara. Mengetuk pintu menunjukkan penghormatan terhadap privasi dan kebebasan individu. Ini mengajarkan anak untuk menghargai ruang pribadi orang lain dan tidak sembarangan memasuki ruangan tanpa izin.

Hindari Komentar Negatif tentang Penampilan Orang Lain 

Ajarkan anak untuk menghindari komentar negatif tentang penampilan orang lain. Ini mengajarkan mereka untuk menghargai perbedaan dan membangun empati. Ajarkan anak untuk fokus pada sifat positif seseorang daripada menilai dari penampilan fisik. 

Ini juga membantu mereka untuk menghormati kepribadian orang lain dan tidak mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti perasaan orang lain.

Tutup Mulut saat Batuk atau Bersin, Menjaga Kesehatan dan Kebersihan

Ajarkan anak untuk menutup mulut saat batuk atau bersin untuk mencegah penyebaran kuman. Ini bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga soal kesehatan dan kebersihan. Menutup mulut saat batuk atau bersin menunjukkan bahwa anak memiliki kesadaran akan kesehatan diri sendiri dan orang lain.

Hormati Orang yang Lebih Tua, Menghargai Pengalaman dan Hikmah

Ajarkan anak untuk menghormati orang yang lebih tua. Ini mengajarkan mereka untuk menghargai pengalaman, kebijaksanaan, dan hikmah hidup orang yang lebih tua. Ajarkan anak untuk menyapa dengan sopan, mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan orang yang lebih tua, dan menawarkan bantuan jika dibutuhkan.

Andini Rusdiani, seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak balita, memiliki pengalaman berharga dalam mendidik anak, Mikayla Anastasya balita berusia tiga tahun. Pengalaman Andini dalam membesarkan anak menjadikannya sosok yang tepat untuk memberikan perspektif mengenai pentingnya pendidikan karakter sejak dini. 

"Saya sangat setuju dengan pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini. Anak saya Mikayla, sudah saya ajarkan untuk mengucapkan 'tolong', 'terima kasih', dan 'maaf'.  Awalnya memang butuh kesabaran dan pengulangan, tetapi sekarang sudah menjadi kebiasaan." Jelas Andini.

Pengalamannya menunjukkan bahwa menanamkan nilai-nilai kesopanan dan etika sejak kecil sangat menentukan karakter anak di masa depan. Andini melanjutkan, 

"Saya melihat sendiri bagaimana pendidikan karakter membentuk kepribadiannya. Dia lebih mudah bergaul dengan anak lain, lebih sopan kepada orang dewasa, dan lebih bertanggung jawab atas perbuatannya. Tentu saja, masih ada proses belajar dan kesalahan, tetapi saya yakin dengan konsistensi dan keteladanan, kita dapat membina karakter anak yang baik." Ujar Andini kembali.

Membangun karakter bangsa dimulai dari keluarga. Mengajarkan etika dasar kepada anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah investasi jangka panjang yang akan membentuk generasi muda yang berakhlak mulia, beradab, dan mampu membangun Indonesia yang lebih baik. 

Konsistensi, keteladanan, dan komunikasi yang baik dari orang tua sangat penting dalam proses ini. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan karakter anak-anak kita, agar mereka tumbuh menjadi individu yang berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.


Kategori tulisan : Feature

Tema : Etika

Penulis : Revani Meiliana Politeknik Negeri Jakarta

Asal : Bogor

Kampus : Politeknik Negeri Jakarta

Program Studi : Jurnalistik

Penulis : Revani Meiliana (Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta)


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda