MALANG, GNN gerbangnusantaranews.com Dalam upaya memastikan mutu layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat, Anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, Siruaya Utamawan, melakukan kunjungan kerja ke dua fasilitas kesehatan di wilayah Malang, yakni RSUD Kota Malang dan RS Wava Husada, pada Selasa, 12 Agustus 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau langsung pelaksanaan layanan, mengidentifikasi tantangan di lapangan, serta mendorong perbaikan berkelanjutan demi kepuasan peserta JKN.
Dalam kunjungan tersebut, Siruaya didampingi oleh Kepala BPJS Kesehatan Cabang Malang, Yudhi Wahyu Cahyono, beserta jajaran.
Sorotan Perbaikan di RSUD Kota Malang
Di RSUD Kota Malang, rombongan disambut oleh Direktur dr. Rina Istarowati. Salah satu isu utama yang dibahas adalah rendahnya tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) yang masih berada di kisaran 30–50%. Menurut dr. Rina, tantangan utama terletak pada aksesibilitas lokasi rumah sakit yang berdekatan dengan pasar dan rawan kemacetan, serta posisi geografis yang berada di ujung kota. Selain itu, status Kabupaten Malang yang belum mencapai Universal Health Coverage (UHC) turut memengaruhi jumlah kunjungan pasien.
Meski utilisasi masih rendah, RSUD Kota Malang tetap berkomitmen memberikan pelayanan sesuai kebutuhan medis tanpa batasan hari rawat. “Kami pernah merawat pasien dengan ventilator selama satu bulan. Ini bukti komitmen kami terhadap layanan yang berkualitas,” ujar dr. Rina.
Namun, waktu tunggu pelayanan menjadi perhatian serius. Pihak rumah sakit mencatat waktu tunggu bisa mencapai 80–90 menit, terutama karena banyak pasien datang sebelum loket dibuka. Antrean farmasi untuk obat racikan yang memakan waktu lebih dari 60 menit juga menjadi keluhan utama.
Menanggapi hal tersebut, Siruaya menekankan perlunya optimalisasi proses. “Dengan BOR yang masih rendah, seharusnya waktu tunggu bisa ditekan. Ini harus menjadi prioritas pembenahan,” tegasnya.
Yudhi Wahyu Cahyono turut mendorong RSUD untuk lebih aktif melakukan promosi layanan. “Dari sisi fasilitas dan kompetensi, RSUD Kota Malang tidak kalah dengan rumah sakit lain. Perlu strategi komunikasi yang lebih masif agar masyarakat mengenal keunggulan yang dimiliki,” ujarnya.
Di tengah berbagai tantangan, RSUD mencatat capaian positif pada layanan perawatan intensif. Tingkat kematian di ICU sangat rendah, hanya satu kasus dalam beberapa bulan terakhir. Seluruh sarana dan tenaga kesehatan telah memenuhi standar dan tersertifikasi.
Siruaya memberikan apresiasi atas capaian tersebut. “Angka kematian yang rendah di ICU menunjukkan pentingnya standar layanan dan kompetensi SDM. Ini adalah keunggulan yang patut dipertahankan,” ungkapnya.
Digitalisasi Sistem dan Efisiensi di RS Wava Husada
Kunjungan berlanjut ke RS Wava Husada, satu-satunya rumah sakit swasta Tipe B di Kabupaten Malang. Rombongan disambut oleh Direktur dr. Muhammad Alam El Yaqin. Rumah sakit ini mencatat utilisasi tinggi dengan BOR mencapai 78%, dan sekitar 80% pasien merupakan peserta JKN.
Meski menjadi tumpuan layanan kesehatan di wilayahnya, RS Wava Husada juga menghadapi tantangan serupa terkait waktu tunggu obat. Hal ini disebabkan oleh sistem farmasi yang belum terintegrasi secara digital (bridging) dengan sistem BPJS Kesehatan.
Siruaya menyarankan agar proses bridging segera dilakukan. “Integrasi sistem akan memangkas waktu tunggu dan meningkatkan kepuasan peserta,” ujarnya.
Diskusi juga membahas upaya meminimalkan klaim tertunda (pending) dan sengketa (dispute). Siruaya berharap setiap kasus pending menjadi pembelajaran untuk perbaikan proses agar tidak terulang, demi menjaga kelancaran arus kas rumah sakit dan memastikan pembayaran layanan sesuai ketentuan.
Yudhi menambahkan bahwa RS Wava Husada dikenal masyarakat sebagai penyedia layanan bermutu. Ia juga mendorong manajemen rumah sakit untuk memastikan tim anti-fraud internal bekerja efektif dan melaporkan hasilnya langsung kepada Direktur sebagai bentuk komitmen korporasi dalam mencegah kecurangan.(red)