Gerbang Nusantara News

Sosial Politik

PENDIDIKAN

WISATA

Foto

Video

01 Desember 2025

Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia Petakan Ekonomi Transmigrasi Tubbi Taramanu: Dari Lapangan ke Kebijakan Strategis Berbasis Ekonomi Kawasan


Polewali Mandar, GNN gerbangnusantaranew.com
Dari tanah Tubbi Taramanu, terbit harapan tentang peningkatan kolaborasi, kerja keras, dan harapan masa depan masyarakat transmigrasi. Tim 15 Universitas Indonesia (UI) – Output 3 tengah melakukan penelitian mendalam pemetaaan ekonomi kawasan transmigrasi, dengan tujuan merancang model kelembagaan yang tepat untuk memajukan ekonomi sekaligus kelembagaan lokal.

Kegiatan ini dikemas dalam FGD dan Workshop Model Kolaborasi Kawasan Ekonomi Terintegrasi Transmigrasi Tubbi Taramanu: Dari Diskusi ke Rekomendasi Kebijakan, yang diselenggarakan pada Selasa, 11 November 2025, di Kantor Kecamatan Luyo, Polewali Mandar. Acara ini merupakan bagian dari program Kementerian Transmigrasi dan Universitas Indonesia, dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar.

Dalam kegiatan ini, tim UI menggunakan pendekatan partisipatif dan berbasis pemetaan, dengan meneliti lapangan, memotret kehidupan masyarakat, dan mendokumentasikan jaringan ekonomi yang ada. Fokus penelitian mencakup struktur produksi, distribusi, perdagangan, serta interaksi antar lembaga ekonomi lokal, seperti kelompok tani, koperasi, BUMDes, UMKM, dan UKM.


Aghnia Sahala Riski, membagikan pengalamannya secara dramatis: “Di lapangan, kami merasakan langsung keterbatasan fasilitas dan teknologi. Kami juga menemukan tantangan berupa kurangnya sinergi, kolaborasi, dan etos kerja di beberapa kelompok masyarakat. Semua ini memberi kami perspektif nyata dalam memetakan ekonomi lokal dan merancang kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat kawasan transmigrasi Tubbi Taramanu,” ujarnya.

FGD dan workshop ini menjadi momen krusial untuk menyatukan berbagai pihak, dari Pemerintah Daerah, 24 desa, kelompok tani, koperasi, BUMDes, UMKM, UKM, hingga seluruh masyarakat transmigrasi, untuk mensinkronkan model kelembagaan ekonomi. Dengan kolaborasi ini, langkah-langkah kecil yang dirumuskan dalam diskusi diharapkan menjadi pijakan bagi kebijakan besar yang berkelanjutan, memperkuat ekonomi lokal, dan memajukan budaya transmigrasi.


Acara ini tidak hanya menghasilkan rekomendasi kebijakan, tetapi juga membuka pemahaman baru tentang interaksi sosial dan budaya yang membentuk ekonomi masyarakat. Pemetaan yang dilakukan menunjukkan potensi lokal yang bisa dikembangkan, mulai dari komoditas unggulan, sistem produksi berbasis komunitas, hingga mekanisme distribusi yang lebih efisien.

“Dari diskusi lahir rekomendasi, dari kolaborasi tumbuh kemandirian,” kata ketua Tim Ekspedisi Patriot UI, Mohammad Ridha. Dengan pemetaan ekonomi berbasis lapangan, kawasan Tubbi Taramanu diproyeksikan menjadi laboratorium sosial-ekonomi yang hidup, produktif, dan inovatif, contoh nyata integrasi antara sosial dan pembangunan ekonomi.

Kegiatan ini menegaskan bahwa pemajuan ekonomi dan sosial tidak bisa dipisahkan, dan kolaborasi kelembagaan yang tepat akan menjadi fondasi bagi masa depan kawasan transmigrasi yang berjejaring, berkelanjutan, dan berdaya saing

Pendekatan Partisipatif Jadi Pilar Kajian Ekspedisi Patriot UI di Kawasan Transmigrasi Tubbi Taramanu


Polewali Mandar, GNN gerbangnusantaranew.com
 

Upaya memperkuat struktur ekonomi di Kawasan Transmigrasi Tubbi Taramanu mendapat perhatian khusus melalui kegiatan dialog pembangunan yang diprakarsai Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI). Kegiatan ini mempertemukan pemangku kepentingan dari pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat di 24 desa yang tersebar pada tiga kecamatan Tubbi Taramanu, Luyo, dan Bulo untuk menyusun arah pengembangan kawasan berbasis partisipasi warga, 11 November 2025.

Dalam forum tersebut, para narasumber memaparkan pandangan mengenai arah pembangunan kawasan transmigrasi yang menekankan kolaborasi antaraktor. Muhammad Asdar dari Universitas Hasanuddin menyoroti pentingnya memperkuat koordinasi dan berbagi peran dalam tata kelola ekonomi desa. Dari sisi pemerintah daerah, Basri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM menekankan perlunya peningkatan daya saing produk lokal melalui proses hilirisasi yang terstruktur dan terencana.


Tim Ekspedisi Patriot UI turut memaparkan hasil awal kajian mereka mengenai desain kolaborasi kelembagaan ekonomi. Dipimpin oleh Mohammad Ridha bersama anggota Levi Nur Cahyani, Sri Diaskandhi, Aghnia Sahala Rizky, dan Sabrina Aprilianingrum, penelitian ini memotret dinamika ekonomi desa, kapasitas sumber daya manusia, hingga potensi integrasi rantai nilai komoditas antarwilayah di kawasan Tubbi Taramanu. Temuan awal tersebut menjadi dasar untuk merumuskan langkah pemajuan ekonomi yang lebih terarah.

Agenda ini juga dihadiri oleh seluruh kepala desa dari kawasan transmigrasi, perwakilan BUMDes dan UMKM, kelompok tani, koperasi desa, serta warga transmigrasi dari berbagai Satuan Permukiman. Diskusi berlangsung terbuka, mencerminkan proses pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam penyusunan peta jalan ekonomi kawasan.


Kehadiran akademisi dari Universitas Al-Asyariah Mandar, Universitas Sulawesi Barat, serta tim ekspedisi dari UNPAD, IPB, ITB, dan UGM turut memperluas perspektif forum. Pendekatan lintas kampus ini memberi peluang untuk membandingkan pengalaman pengembangan kawasan transmigrasi di daerah lain dan menarik praktik baiknya untuk diterapkan di Tubbi Taramanu.

Sepanjang diskusi, menguat pemikiran bahwa kawasan transmigrasi tidak bisa dipandang sebagai desa-desa yang berjalan sendiri-sendiri, melainkan jaringan ekonomi yang saling bergantung. Penguatan kapasitas kelembagaan, peningkatan produksi komoditas unggulan, serta penyusunan strategi pemasaran bersama menjadi beberapa isu yang mengemuka.

Sebagai penutup, Sri Diaskandhi, anggota Tim Ekspedisi Patriot UI, menyampaikan pendekatan yang digunakan timnya

“Melibatkan masyarakat secara aktif membuat pemetaan ekonomi menjadi lebih akurat dan hidup. Dari sini, kami dapat merumuskan desain kelembagaan ekonomi kawasan Tubbi Taramanu yang benar-benar berangkat dari realitas, bukan sekadar asumsi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa model partisipatif memberi ruang bagi kawasan transmigrasi untuk memperkuat kapasitasnya sendiri dan membangun strategi pemajuan ekonomi yang lebih mudah dijalankan.

Tim Ekspedisi Patriot UI Dorong Sinergi Kawasan Transmigrasi: Merumuskan Model Kolaborasi Kelembagaan Ekonomi Terintegrasi Tubbi Taramanu


Polewali Mandar, GNN gerbangnusantaranew.com

Kawasan Transmigrasi Tubbi Taramanu di Kabupaten Polewali Mandar menjadi ruang penting dalam penyusunan arah pembangunan berbasis kolaborasi ketika Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) menghimpun aspirasi dari 24 desa yang berada di tiga kecamatan—Tubbi Taramanu, Luyo, dan Bulo. Forum tersebut menjadi momentum penyelarasan pemahaman antara pemerintah daerah, masyarakat, dan akademisi mengenai penguatan kelembagaan ekonomi kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan wilayah pembangunan, 11 November 2025.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari akademisi dan pemerintah daerah. Muhammad Asdar, Guru Besar Universitas Hasanuddin, memaparkan konsep kolaborasi ekonomi dan kebijakan publik dengan menekankan pentingnya tata kelola yang inklusif dan melibatkan banyak pihak secara seimbang. Dari sisi teknis, perwakilan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Polewali Mandar, Basri, menyoroti penguatan hilirisasi produk lokal sebagai langkah strategis meningkatkan nilai tambah komoditas di desa.


Bagian utama forum ditandai dengan pemaparan hasil awal penelitian Tim Ekspedisi Patriot UI yang dipimpin oleh Mohammad Ridha bersama anggota Levi Nur Cahyani, Sri Diaskandhi, Aghnia Sahala Rizky, dan Sabrina Aprilianingrum. Melalui penelitian bertajuk “Desain Model Kolaborasi Kelembagaan Ekonomi Lokal Terpadu di Kawasan Transmigrasi Tubbi Taramanu”, tim memetakan rantai nilai komoditas, kapasitas sumber daya manusia, dinamika kelembagaan desa, serta peluang integrasi ekonomi antarwilayah. Paparan ini disampaikan oleh Levi Nur Cahyani sebagai perwakilan tim peneliti.

Dalam penjelasannya, Levi menegaskan bahwa pembangunan kawasan transmigrasi hanya dapat berjalan efektif apabila seluruh unsur bergerak secara terpadu.


“Sinergi adalah kunci. Kawasan ini harus dibangun sebagai satu kesatuan, bukan berdiri sendiri-sendiri. Keberhasilan ekonomi kawasan transmigrasi hanya dapat dicapai apabila seluruh elemen bergerak secara terhubung,” ujarnya.

Forum tersebut dihadiri oleh seluruh kepala desa dari 24 desa di tiga kecamatan, bersama perwakilan BUMDes, koperasi desa, UMKM, kelompok tani, dan warga transmigrasi. Kehadiran berbagai pemangku kepentingan itu memberikan ruang bagi penyampaian persoalan nyata di lapangan langsung kepada akademisi dan pemerintah daerah. Beragam kelompok tani dan BUMDes—seperti Gotong Royong Pussui, Usaha Bersama Batupanga Daala, Boyang Panda Ratte turut hadir dan menuliskan aspirasi kondisi aktual mengenai produksi, pasar, dan tantangan kelembagaan desa.

Pertemuan tersebut mengundang juga tim ekspedisi dari Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gajah Mada, serta juga diikuti akademisi dari Universitas Al-Asyariah Mandar, Universitas Sulawesi Barat. Kehadiran lintas kampus itu memperkaya analisis dan memberi perspektif luas mengenai pengembangan kawasan transmigrasi sebagai model ekonomi terintegrasi di masa depan.


Dari sesi diskusi, mengemuka kesepahaman bahwa Kawasan Transmigrasi Tubbi Taramanu perlu dipandang sebagai satu ekosistem ekonomi yang saling terhubung. Integrasi rantai nilai produksi, penguatan kelembagaan desa, peningkatan kapasitas SDM, hilirisasi komoditas lokal, serta pembentukan jejaring pasar menjadi fokus penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan.

Forum tersebut menegaskan bahwa pembangunan kawasan transmigrasi tidak dapat berjalan parsial. Ia menuntut kolaborasi erat antara masyarakat, pemerintah daerah, dan akademisi. Melalui penyelarasan aspirasi dan temuan awal penelitian, arah pembangunan Tubbi Taramanu diharapkan dapat dirumuskan secara lebih terukur, berkelanjutan, dan sesuai kebutuhan masyarakat. Dari kawasan transmigrasi Tubbi Taramanu, arah baru pembangunan kawasan transmigrasi semakin nyata dan terarah.

TIM EKSPEDISI PATRIOT UI SOROTI DUA MODEL TRANSMIGRASI: WARISAN KOLONIAL WONOMULYO DAN PEMBANGUNAN KAWASAN TUBBI TARAMANU


Polewali Mandar,GNN gerbangnusantaranew.com
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia menyoroti secara mendalam dinamika kelembagaan ekonomi di kawasan transmigrasi Tubbi Taramanu, sebuah wilayah yang menjadi contoh transmigrasi kawasan modern sesuai Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2016. Dalam tinjauan lapangan ini, tim menyaksikan perbedaan kontras antara konsep transmigrasi modern yang dirancang Pemerintah Republik Indonesia dan model transmigrasi masa kolonial di Wonomulyo yang telah membentuk ketahanan sosial-budaya lintas generasi, 30 November 2025.

Di Wonomulyo, jejak transmigrasi kolonial masih terpelihara kuat. Permukiman transmigran Jawa yang terbentuk sejak era Hindia Belanda kini dihuni oleh generasi ketiga dan keempat yang tetap mempertahankan bahasa, gastronomi, serta seni tradisi seperti kuda lumping. Ruang budaya yang lahir secara organik ini tumbuh sebagai melting pot yang terbentuk bukan karena desain kebijakan, melainkan karena kemampuan masyarakat mencipta harmoni dalam perjumpaan antaridentitas. Akulturasi berjalan secara alamiah, menghasilkan perkampungan Jawa yang tetap hidup, membaur, namun tidak kehilangan akar.


Berbeda jauh dari itu, Tubbi Taramanu menjadi cerminan bagaimana transmigrasi di era modern bergerak dalam kerangka pembangunan ekonomi. Kawasan ini dirancang sebagai titik pertumbuhan baru di mana BUMDes, koperasi, kelompok tani, dan kelembagaan lokal lainnya menjadi pilar utama. Transmigrasi di Tutar bukan sekadar perpindahan penduduk, tetapi sebuah strategi untuk menata ekonomi desa secara terencana dan berkelanjutan. “Tim Ekspedisi Patriot UI menekankan bahwa penelitian kami berfokus pada bagaimana penguatan model kelembagaan ekonomi bekerja dalam membangun integrasi sosial serta memperkuat ekonomi masyarakat,” ujar Mohammad Ridha.

Konfigurasi demografi di Tutar juga mencerminkan paradigma baru transmigrasi. Jika Wonomulyo didominasi pendatang dari Jawa, Tutar justru memiliki komposisi berbeda: penduduk lokal Mandar lebih banyak, sementara para transmigran dari luar daerah hadir dalam jumlah yang lebih sedikit. Dengan demikian, melting pot di Tutar bertumpu pada kolaborasi ekonomi dan kerja sama kelembagaan, bukan pada homogenitas etnis. Identitas kolektif tumbuh perlahan melalui aktivitas produksi, perdagangan, dan jaringan sosial baru yang dibentuk dalam kerangka kebijakan pembangunan kawasan.


Tim Ekspedisi menemukan bahwa kedua kawasan ini dapat menjadi pembelajaran tentang kekuatan kelembagaan ekonomi dari akar rumput, agar menjadikan keberhasilan transmigrasi. Meskipun dalam konteks berbeda: Wonomulyo berhasil karena akulturasi budaya yang tumbuh alami, sedangkan Tubbi Taramanu diharapkan dapat berhasil karena penguatan kelembagaan ekonomi yang menjadi fondasi pemajuan wilayah. Perbandingan ini memperlihatkan evolusi transmigrasi Indonesia dari model kolonial berbasis permukiman tunggal menuju transmigrasi kawasan yang terintegrasi dan berorientasi pada pembangunan ekonomi modern.

Tinjauan lapangan ini dilaksanakan oleh Tim Output 3 Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Mohammad Ridha, A.Md., S.Sos., M.Si., bersama para anggota Levi Nur Cahyani, S.Hum., M.Hum., Sri Diaskandhi, S.Hum., Aghnia Sahala Rizky, dan Sabrina Aprilianingrum. Melalui kegiatan ini, tim menegaskan pentingnya membaca kembali sejarah transmigrasi untuk memahami bagaimana kebijakan masa kini dapat memperkuat identitas, ekonomi, dan masa depan kawasan transmigrasi seperti Tubbi Taramanu.

30 November 2025

TIM EKSPEDISI PATRIOT UI MELIHAT DEKAT JEJAK KUATNYA KEBUDAYAAN TRANSMIGRAN JAWA DI SULAWESI BARAT


Polewali Mandar, GNN gerbangnusantaranew.com
 

Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia melakukan tinjauan lapangan terhadap ketahanan kebudayaan masyarakat transmigran Jawa di Sulawesi Barat, dan mendapati bahwa keberhasilan transmigrasi tidak hanya diukur dari aspek ekonomi, tetapi juga dari kemampuan masyarakat mempertahankan identitas budaya yang mereka bawa. Salah satu simbol ketahanan itu tampak nyata melalui kelompok kesenian Turonggo Wahyu Budoyo (TWB) yang diprakarsai oleh Supriyono, dengan anggota mencapai 40 orang, menjadi pusat kebudayaan Jawa yang tetap hidup di tanah Sulawesi, 29 November 2025.

Bagi para transmigran Jawa, Sulawesi bukan sekadar tempat membuka lahan baru atau memperbaiki taraf hidup. Sulawesi adalah ruang untuk hidup kembali sebagai orang Jawa membawa budaya, kebiasaan, bahasa, dan dunia simbolik mereka, lalu menanamkannya di tanah baru hingga tumbuh menjadi warisan antargenerasi. Kesenian kuda lumping yang dimainkan oleh TWB tidak hanya menjadi hiburan; ia adalah penanda identitas, penegas sejarah migrasi, dan medium penyatu komunitas.

Dalam kunjungannya, Tim Ekspedisi Patriot UI menyaksikan bagaimana TWB menjadi wadah ketahanan kultur serta berfungsi sebagai kelembagaan ekonomi-budaya yang hidup, yang memastikan tradisi Jawa tidak hanya lestari, tetapi juga berdaya secara sosial dan ekonomis. Melalui TWB, tim belajar bagaimana suatu kebudayaan bisa bertahan karena tiga unsur yang berjalan berdampingan: sumber daya manusia yang stabil, penerimaan masyarakat setempat terhadap identitas budaya Jawa, dan tata kelola kelompok yang efektif. Semua unsur ini menciptakan jaringan supply–demand sosial—kebutuhan akan hiburan, kecintaan pada tradisi, hingga fleksibilitas dalam memadukan budaya yang membuat TWB tetap diminati, diberdayakan, dan dihormati.

Di kampung Jawa di Sulawesi Barat, kesenian kuda lumping bukan artefak masa lalu, melainkan tradisi yang masih dihidupi oleh generasi ketiga dan keempat. Para keturunan transmigran tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif yang menjaga ritme sosial-komunal desa. Identitas mereka dibentuk oleh akar Jawa sekaligus oleh pembauran dengan budaya Mandar, Bugis, Toraja menciptakan bentuk akulturasi yang unik dan terus berkembang.

Ketahanan budaya itu juga tercermin dari dunia kuliner. Dalam keseharian, warga keturunan Jawa masih mempertahankan gastronomi khas Jawa Timur seperti rempeyek dan oseng-oseng daging, tetapi bersanding dengan kuliner Mandar seperti pupuq. Perpaduan rasa ini memperlihatkan bahwa transmigrasi menghasilkan bukan sekadar perpindahan penduduk, tetapi juga pembentukan ruang budaya baru berbasis adaptasi dan kreativitas.

Anggota Tim Ekspedisi Patriot, Sabrina Aprilianingrum, menegaskan pentingnya dimensi budaya dalam memahami transmigrasi. “Melihat Turonggo Wahyu Budoyo membuat kami paham bahwa transmigrasi tidak hanya memindahkan penduduk, tetapi juga memindahkan ingatan budaya. Di sini, generasi ketiga dan keempat Jawa tetap menjaga identitas mereka dengan cara yang sangat hidup. Bagi kami, ini adalah bukti bahwa kebudayaan bisa bertahan karena ada kebanggaan, ada ruang sosial yang menerima, dan ada komunitas yang terus merawatnya,” ujarnya.

Bahasa pun menjadi pilar penting dalam mempertahankan identitas. Meskipun tingkatan bahasa Jawa krama tidak lagi dikuasai generasi muda, bahasa Jawa ngoko tetap menjadi bahasa interaksi sehari-hari di rumah dan lingkungan sekitar. Hal ini menjadi bukti bahwa transmigrasi bukan hanya memindahkan tubuh, tetapi juga memindahkan bahasa yang terus hidup dalam ruang domestik dan sosial.

Tim Ekspedisi Patriot UI yang terdiri dari Mohammad Ridha, Levi Nur Cahyani, Sri Diaskandhi, Aghnia Sahala Rizky, dan Sabrina Aprilianingrum menilai bahwa keberhasilan transmigrasi Jawa di Sulawesi Barat tidak hanya dilihat dari kemajuan ekonomi, tetapi juga dari kemampuan masyarakat menciptakan ruang budaya yang terus bertahan. Kekuatan komunitas ini bukan hanya pada tangan-tangan yang membuka sawah dan kebun, tetapi juga pada kemampuan mereka menjaga identitas, kebanggaan, dan warisan budaya di tanah rantau, serta membangun kelembagaan budaya seperti TWB yang tetap hidup dan memberi manfaat sosial-ekonomi bagi warganya.

Pemkab Gresik Raih Predikat “Menuju Informatif” pada KI Award 2025


Bojonegoro, GNN gerbangnusantaranew.com
 

Pemerintah Kabupaten Gresik kembali meneguhkan komitmennya dalam memperkuat keterbukaan informasi publik. Pada Malam Anugerah Keterbukaan Informasi Publik (KI Award) 2025 yang digelar di Hotel Aston Bojonegoro, Sabtu (29/11), Pemkab Gresik berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik Kategori Menuju Informatif.

Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Gresik, Achmad Washil Miftahurrahman. Dalam ajang yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gresik memperoleh nilai 89,67, sehingga masuk dalam jajaran kabupaten/kota dengan predikat Menuju Informatif.

KI Award merupakan puncak dari rangkaian Monitoring dan Evaluasi (Monev) Keterbukaan Informasi Publik yang digelar setiap tahun. Proses monev meliputi verifikasi website resmi, pengecekan kelengkapan dokumen, inovasi layanan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), hingga wawancara klarifikasi oleh tim penilai.

Sekda Gresik Achmad Washil Miftahurrahman menegaskan bahwa capaian ini merupakan hasil kerja kolaboratif seluruh perangkat daerah.  

“Kami bersyukur karena tahun sebelumnya Gresik belum berhasil meraih penghargaan ini. Tahun ini kita bisa naik ke kategori Menuju Informatif. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan nyata dalam layanan PPID dan komitmen seluruh perangkat daerah,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa peningkatan keterbukaan informasi publik akan terus dilanjutkan.  

“Target kami tahun depan jelas: naik dari Menuju Informatif menjadi Informatif. Kami akan memperkuat pembaruan informasi, menyempurnakan SOP layanan PPID, dan memastikan masyarakat lebih mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan,” tegasnya.

Dengan nilai 89,67, Kabupaten Gresik dinilai telah memenuhi sebagian besar indikator keterbukaan informasi, terutama terkait ketersediaan dokumen, konsistensi pembaruan informasi, serta respons PPID terhadap permohonan informasi.

Pemkab Gresik berkomitmen untuk terus meningkatkan inovasi dan kualitas layanan informasi publik sebagai bagian dari upaya mewujudkan pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan melayani masyarakat.(red)

Rapat Koordinasi Forkopimcam Balongpanggang Bahas Finalisasi Lahan Pembangunan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP)


Gresik, GNN gerbangnusantaranew.com

Pada Selasa malam, 25 November 2025, Forkopimcam Balongpanggang menggelar rapat koordinasi khusus bersama para Kepala Desa se-Kecamatan Balongpanggang di pendopo kecamatan. Agenda utama rapat adalah membahas finalisasi lahan yang akan digunakan untuk pembangunan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di masing-masing desa. Acara dimulai pukul 19.00 WIB dan dihadiri Forkopimcam Balongpanggang, seluruh Kades se-Kecamatan, serta perwakilan dari Diskoperindag Kabupaten Gresik. 

Saat membuka dan memimpin rapat Plt. Camat Balongpanggang, Nur Salim menyampaikan point penting yang perlu difahami bersama yakni

- Menekankan pentingnya sinkronisasi persiapan lahan yang akan dijadikan gedung atau sarana KDMP. 

Meminta setiap desa melaporkan kondisi lahan apa adanya, termasuk jika terdapat kendala, agar segera dicari solusi terbaik. 

Menegaskan bahwa gedung KDMP yang nantinya dibangun akan menjadi aset desa, bukan milik pemerintah kabupaten atau pihak lain. 

Berharap proses finalisasi lahan dapat segera rampung sehingga pembangunan bisa segera dimulai. 

Sementara itu Danramil Balongpanggang Letda Inf Davis Koko Hartopo, pada kesempatan tersebut

-Menjelaskan bahwa pembangunan sarana KDMP merupakan bagian dari program pemerintah yang harus segera direalisasikan. 

-Mengingatkan agar laporan lahan disampaikan secara jujur dan sesuai kondisi di lapangan. 

-Jika laporan disetujui, maka pembangunan akan segera dilaksanakan. 

-Memohon kerja sama dari para kepala desa agar pelaksanaan program berjalan sesuai harapan. 

Pada kesempatan yang sama Ketua PKDI Balongpanggang, Siswadi menyampaikan beberapa hal antara lain :

-Mengingatkan desa untuk melaporkan kondisi lahan, baik yang tersedia maupun yang tidak ada. 

-Menekankan adanya batas waktu (deadline) sehingga desa harus serius dalam menyampaikan laporan agar pembangunan bisa segera dilakukan sesuai tahapan. 

-Secara teknis, desa diminta tetap membantu demi kelancaran proses pembangunan. 

-Menegaskan bahwa karena ini merupakan program nasional, semua pihak harus bersungguh-sungguh. Jika tidak, maka desa yang tidak siap akan ditinggalkan dari program. 

Dengan rapat koordinasi ini, diharapkan seluruh desa di Kecamatan Balongpanggang dapat segera menyelesaikan laporan lahan masing-masing. Finalisasi lahan menjadi langkah krusial agar pembangunan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dapat berjalan lancar, tepat waktu, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa.(eli)

28 November 2025

MUNGGUGIANTI REMBUK : Momentum Perkuat Kebersamaan dalam Membangun Desa dihadiri Anggota DPRD Gresik Sudadi


Gresik,, GNN gerbangnusantaranew.com
Pemerintah Desa Munggugianti, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, menggelar agenda Rembuk Wilayah RW 002 sebagai wadah semi-formal bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan gagasan pembangunan, 28 November 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Gedung PAUD Desa Munggugianti pada Jumat malam ini dimulai pukul 19.00 WIB hingga selesai. Forum rembuk diharapkan menjadi sarana komunikasi yang efektif antara pemerintah desa dan warga, sehingga setiap program pembangunan dapat berjalan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat.  

Ketua RW 002, Rateno, menyampaikan bahwa agenda telah diinformasikan sebelumnya, namun tingkat kehadiran warga masih belum maksimal. Ia berharap hal tersebut dapat dimaklumi dan tidak mengurangi semangat kebersamaan.  

Dalam kesempatan ini, Kepala Desa Munggugianti, Fathur Rozi, S.Sos, menegaskan bahwa:  

- Rembuk wilayah menjadi pelengkap pembangunan yang sudah berjalan merata.  

- Forum ini penting untuk menampung masukan yang mungkin terlewat, tidak hanya terkait infrastruktur, tetapi juga pemberdayaan masyarakat yang sangat diperlukan.  

Sementara itu, Anggota DPRD Gresik, Sudadi, S.E., M.M., yang juga merupakan anggota Komisi IV DPRD Gresik, turut hadir dan memberikan pemaparan. Ia menyampaikan beberapa hal penting, di antaranya:  

- Penjelasan mengenai tugas dan fungsi Komisi IV DPRD Gresik.  

- Sosialisasi Program Gresik Soya, yaitu aplikasi digital yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Gresik melalui Dinas Sosial untuk mempercepat pengentasan kemiskinan. Program ini berfungsi sebagai sistem pendataan terpadu berbasis 21 indikator lokal, sehingga data penerima bantuan sosial lebih akurat, transparan, dan mudah diperbarui. Dengan adanya Gresik Soya, penyaluran bansos diharapkan tepat sasaran, warga miskin yang belum terdata bisa segera ditambahkan melalui musyawarah desa (musdes), dan warga yang sudah mampu dapat dicoret sesuai regulasi lima tahun.  

- Mekanisme penambahan maupun pencoretan data penerima manfaat bansos melalui musdes yang kemudian diajukan ke dinas terkait.  

- Permasalahan ketenagakerjaan, termasuk perda yang mendukung penyerapan tenaga kerja lokal Gresik.  

- Pentingnya mitigasi bencana sebagai langkah antisipasi bersama.  

- Ajakan kepada masyarakat untuk tetap semangat dan bersabar menghadapi pengurangan anggaran dari pusat, termasuk kemungkinan adanya penundaan program.  

Sudadi menekankan bahwa kebersamaan dan keterlibatan masyarakat sangat penting dalam menentukan arah pembangunan desa. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah desa dan warga, diharapkan tercipta lingkungan yang lebih maju, harmonis, dan sesuai dengan harapan bersama, pungkasnya sembari apresiasi atas kegiatan ini karena tidak semua desa menyelenggarakan, Ia juga apresiasi atas capaian pembangunan di Desa Munggugianti yang luar biasa.

Agenda rembuk wilayah ini menjadi momentum penting untuk memperkuat komunikasi, memastikan suara masyarakat benar-benar menjadi dasar dalam setiap kebijakan pembangunan, serta meneguhkan komitmen bersama menuju Desa Munggugianti yang lebih baik.(wlo)

Bupati Yani Tegaskan Peran UMKM dalam Ekosistem Industri Melalui Inkubasi Bisnis dan Business Matching


Gresik, GNN gerbangnusantaranew.com 
Pemerintah Kabupaten Gresik menegaskan komitmennya dalam memperkuat peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mampu masuk ke dalam ekosistem industri. Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, dalam kegiatan Business Matching dan Inkubasi Bisnis yang digelar Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) pada Jumat (28/11).  

Dalam sambutannya, Bupati Yani menekankan bahwa UMKM tidak boleh hanya menjadi penonton, melainkan harus menjadi bagian aktif dari pertumbuhan industri. Program ini, menurutnya, menjadi ruang strategis bagi pelaku usaha lokal untuk terhubung langsung dengan perusahaan dan kawasan industri di Gresik.  

“Tidak ada industri yang tumbuh di tengah masyarakat yang gagal. Kabupaten Gresik adalah tempat investasi yang tepat karena adanya kolaborasi hebat antara pemerintah, industri, dan UMKM. Produk UMKM kita tidak kalah dengan daerah lain,” tegas Bupati Yani.  

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya membangun komitmen bersama antara perusahaan dan UMKM agar pelaku usaha lokal mampu terlibat dalam rantai pasok industri. “Goal-nya adalah mengakselerasi masyarakat penerima bantuan sosial untuk naik secara ekonomi melalui UMKM yang maju dan mandiri,” tambahnya.  

Dukungan juga datang dari kalangan industri. Direktur BKMS, Agung P. Guritno, menilai UMKM telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perekonomian Gresik. Menurutnya, kolaborasi UMKM dengan industri sangat penting untuk perkembangan usaha. “Kegiatan ini punya peran besar dalam menghubungkan UMKM dengan perusahaan dan kawasan industri. Kemajuan industri dan UMKM harus selaras,” ujarnya. Ia menegaskan kesiapan kawasan industri JIIPE untuk mendukung forum semacam ini, sekaligus meyakini potensi besar UMKM Gresik.  

Sementara itu, Kepala Diskoperindag Gresik, Darmawan, melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian program inkubasi bisnis yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kapasitas pelaku UMKM. Sebanyak 30 pelaku usaha terpilih mengikuti program ini, terdiri dari 10 pengusaha batik, 9 usaha konveksi, dan 11 pengusaha makanan-minuman.  

“Selama inkubasi, peserta menerima materi strategis seperti legalitas usaha, branding, digital marketing, strategi produksi, kesiapan packaging, hingga penguatan model bisnis. Mereka juga menjalani coaching untuk memastikan kesiapan memasuki pasar yang lebih besar,” jelas Darmawan.  

Ia berharap kegiatan ini mampu menghadirkan kolaborasi konkret antara pelaku UMKM dan perusahaan, serta membuka peluang pasar baru yang berkelanjutan. “Ini bukan hanya tentang transaksi bisnis, tetapi membangun jaringan kemitraan ekonomi daerah yang lebih kuat,” tutupnya.  

Seiring meningkatnya investasi di Gresik, keberadaan inkubator bisnis dan forum Business Matching diyakini menjadi instrumen penting dalam memperkuat fondasi ekonomi daerah. UMKM yang terhubung dengan industri akan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap dinamika pasar, sekaligus mampu menjawab permintaan rantai pasok secara langsung. Hal ini juga menciptakan multiplier effect bagi sektor lain seperti tenaga kerja, logistik, dan perdagangan.(red)

Peserta JKN Diminta Rutin Cek Status Kepesertaan Agar Layanan Kesehatan Lancar


Gresik, GNN gerbangnusantaranew.com   

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Gresik, Janoe Tegoeh Prasetijo, mengimbau seluruh peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk rajin memantau status kepesertaan. Langkah ini penting agar peserta tidak mengalami kendala saat membutuhkan layanan kesehatan.  

“Kami menyediakan berbagai kanal layanan daring untuk pengecekan keaktifan peserta. Hal ini sangat krusial karena layanan kesehatan hanya dapat diakses jika kepesertaan dalam kondisi aktif,” tegas Janoe, Kamis (27/11).  

Salah satu kanal utama adalah Aplikasi Mobile JKN, yang disebut Janoe sebagai cara paling mudah untuk mengetahui status kepesertaan. Peserta cukup mengunduh aplikasi melalui App Store atau Play Store, melakukan registrasi, lalu memilih menu kartu digital untuk melihat apakah status kepesertaan aktif atau tidak.  

Selain itu, peserta juga dapat menggunakan layanan Pandawa (Pelayanan Administrasi Melalui WhatsApp) di nomor 08118165165. Pandawa menyediakan tiga menu utama: Administrasi, Informasi, dan Pengaduan. Untuk pengecekan status kepesertaan, peserta dapat memilih menu Informasi lalu memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau Nomor BPJS Kesehatan.  

“Di menu Informasi, peserta tidak hanya bisa cek status kepesertaan, tetapi juga status pembayaran, virtual account, skrining kesehatan, hingga lokasi kantor cabang dan faskes terdekat. Jika ada kendala atau aduan, peserta bisa memilih menu Pengaduan atau langsung menghubungi Care Center 165,” jelas Janoe.  

Ia menekankan pentingnya pengecekan berkala khususnya bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/mandiri. Jika terjadi keterlambatan pembayaran, status kepesertaan memang kembali aktif setelah tunggakan dilunasi, tetapi peserta akan masuk masa denda pelayanan selama 45 hari.  

“Dalam masa tersebut, jika peserta membutuhkan rawat inap di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, maka diwajibkan membayar denda pelayanan. Denda ini tidak berlaku untuk rawat jalan,” tambahnya.  

Besaran denda ditetapkan sebesar 5% dari tarif INA-CBGs dikalikan jumlah bulan tunggakan, maksimal 12 bulan, dengan batas tertinggi Rp20 juta.  

Kebiasaan rutin mengecek status kepesertaan sudah dilakukan oleh salah satu peserta mandiri di Kabupaten Gresik, Siti Auliyaul Afiah (21). Ia mengaku selalu memantau melalui Aplikasi Mobile JKN agar tidak terlewat membayar iuran.  

“Sekarang sudah mudah, bisa cek sendiri lewat handphone kapan saja dan di mana saja. Saya rutin cek supaya yakin JKN saya aktif, sehingga kalau sewaktu-waktu sakit tidak ada kendala dan pengobatan bisa berjalan lancar,” ungkap Siti.(rn/qa)

27 November 2025

Kipan Gresik Tancap Gas! Program SCARFS Hadir di 10 Lokasi untuk Wujudkan Generasi Bersih Narkoba


Gresik, GNN gerbangnusantaranew.com

Sebagai bentuk komitmen nyata pasca pelantikan, Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (Kipan) Kabupaten Gresik bergerak cepat melaksanakan program Diseminasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Aksi ini diwujudkan melalui program unggulan SCARFS (School and Communities Caring for Drugs Abuser and HIV AIDS).  

Fokus utama kegiatan adalah membentuk agen perang melawan narkoba. Kipan Gresik langsung menyasar delapan sekolah dan dua desa di wilayah Gresik. Targetnya, terbentuk Kelompok Pemuda Anti Narkoba (KOPAN) di tingkat sekolah maupun desa, yang berperan sebagai pelopor sekaligus pelapor dalam menjaga lingkungan dari bahaya narkoba.  

Langkah strategis ini diambil untuk mewujudkan cita-cita bersama: Gresik Bersih Narkoba, melalui penguatan di lingkungan pendidikan dan komunitas desa.  

Lokasi Pelaksanaan Program SCARFS tersebut ada di 8 Sekolah ( SMAN 1 Wringinanom, SMAN 1 Driyorejo, SMAN 1 Dukun, SMAN 1 Balongpanggang, MAN 1 Gresik, MAN 2 Gresik, SMA Muhammadiyah 1 Gresik, SMK YPI Darussalam 1 Cerme  dan 2 Desa yakni Desa Glindah, Kedamean dan Desa Tumapel, Duduksampeyan  

Program SCARFS tidak berjalan sendiri. Kipan Gresik menggandeng berbagai pihak dalam kolaborasi lintas sektor, antara lain:  

- DPRD Kabupaten Gresik sebagai mitra legislatif dan pengawas.  

- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Parekadbudpora) sebagai pelaksana anggaran kegiatan.  

- BNN Kabupaten Gresik sebagai mitra strategis dalam substansi pencegahan dan pemberantasan narkoba.  

- PC IPNU IPPNU Gresik sebagai organisasi kepemudaan yang turut menggerakkan pemuda di tingkat pelajar dan desa.  

Tri Juli Yansyah, S.Pd., Koordinator Kipan Gresik, menegaskan bahwa keberhasilan program ini tidak boleh berhenti di tahap awal.  

“Oleh karenanya, kami bentuk Kelompok Pemuda Anti Narkoba (KOPAN) di masing-masing sekolah dan desa agar gerakan ini berkelanjutan dan berdampak jangka panjang,” ujar Tri Juli Yansyah.  

Sinergi berbagai pihak ini menjadi bukti keseriusan Pemerintah Kabupaten Gresik bersama elemen pemuda dalam membentengi generasi muda dari ancaman narkoba.(k-iy)

Taiwan Technical Mission Rayakan 49 Tahun di Indonesia, Dorong Babak Baru Kerja Sama Pertanian


JAKARTA, GNN gerbangnusantaranew.com 

Taiwan Technical Mission merayakan 49 tahun kerja sama pertanian dengan Indonesia melalui acara bertajuk “Bridging the Past and the Future: A New Chapter of Technical Cooperation in Indonesia” yang digelar pada Kamis, 27 November. Perayaan ini sekaligus menjadi ajang untuk menampilkan capaian berbagai proyek yang tengah berjalan serta meneguhkan komitmen kedua pihak dalam memperkuat kemitraan di sektor pertanian.  

Acara tersebut akan dihadiri pejabat tinggi Kementerian Pertanian Republik Indonesia, anggota DPR, perwakilan pemerintah daerah, serta mitra kerja jangka panjang. Kehadiran mereka menandai pentingnya momentum ini sebagai tonggak baru dalam perjalanan kerja sama bilateral Indonesia–Taiwan.  

Salah satu agenda utama adalah presentasi dari Profesor Dr. Yunus (Universitas Hasanuddin/UNHAS) berjudul “Bridging the Past and the Future: The Impact and New Chapter of Collaboration between Hasanuddin University and the Taiwan Technical Mission in South Sulawesi.” Dalam paparannya, Prof. Yunus akan menyoroti keberhasilan proyek pengembangan benih padi di Sulawesi Selatan serta memperkenalkan inisiatif baru berupa pengembangan benih jagung. Proyek ini mencerminkan langkah maju dalam inovasi pertanian sekaligus membuka babak baru pertukaran teknologi dan pengembangan varietas unggul.  

Selain itu, acara juga menampilkan inovasi pertanian cerdas, seperti sistem pemantauan data lahan dan pemanfaatan teknologi drone untuk manajemen pertanian. Pada sesi sore, fokus akan diarahkan pada dua proyek strategis: “Peningkatan Produksi dan Pemasaran Bawang Putih dan Bawang Merah di Sumatera Utara” serta “Penguatan Sistem Pemasaran Sayuran dan Buah di Karawang.”  

Tak hanya itu, guru sekolah pertanian dan perwakilan petani muda akan berbagi pengalaman langsung mengenai kontribusi nyata Taiwan dalam mendukung modernisasi dan peningkatan rantai nilai pertanian di Indonesia.  

Perayaan ini bukan sekadar refleksi atas hampir setengah abad kontribusi Taiwan Technical Mission di Indonesia, tetapi juga penegasan semangat co-creation (penciptaan bersama), shared prosperity (kemakmuran bersama), dan mutual progress (kemajuan bersama) yang menjadi fondasi kerja sama kedua negara.  

Melalui acara ini, Taiwan Technical Mission ingin menegaskan posisinya sebagai mitra tepercaya dan berjangka panjang dalam pembangunan pertanian Indonesia. Komitmen tersebut akan terus diwujudkan melalui dorongan inovasi dan pembangunan berkelanjutan demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih maju. (Nov)

EKBIS

POTRET DESA

TNI