Surabaya, GNN gerbangnusantaranews.com Seniman muda Ariel Ramadhan kembali menorehkan jejak kreatifnya melalui pameran tunggal ke-7 bertajuk “Lautan Bercerita”. Pameran ini menjadi refleksi perjalanan artistik Ariel, sebuah cara menengok masa lalu untuk menata masa kini dan masa depan. Seperti pengendara yang sesekali menengok kaca spion demi keselamatan, Ariel mengajak publik untuk melihat kembali jejak kehidupan sebagai pijakan melangkah ke depan.
Dikuratori oleh Arik S. Wartono dan dinarasikan oleh Agus “Koecink” Sukamto, pameran ini menampilkan 21 karya lukisan dengan beragam media, teknik, dan ukuran. Karya terbesar berukuran 150x200 cm, sementara yang terkecil 25x30 cm, dikerjakan sepanjang 2020 hingga 2025. Mayoritas karya menggunakan cat akrilik di atas kanvas, namun terdapat enam karya unik berbahan pigmen kopi pada kertas cat air berukuran A3.
Pameran berlangsung di Kopi BuJend, Jl. Dharmahusada Utara No. 11 Surabaya. Menariknya, setiap karya yang dibeli kolektor akan langsung diganti dengan karya baru, sehingga ruang pamer senantiasa hidup dan dinamis. Acara resmi dibuka Minggu, 21 Desember 2025 pukul 15.30 WIB oleh Prof. Dr. Devi Rianti drg., M.Kes, pecinta seni asal Surabaya, dan akan berlangsung hingga 4 Januari 2026.
Pameran ini sekaligus menjadi penanda ulang tahun ke-26 Ariel yang lahir di Surabaya, 13 Desember 1999. Sepanjang 2025, “Lautan Bercerita” tercatat sebagai pameran tunggal keduanya, memperlihatkan konsistensi dalam mengeksplorasi tema laut sebagai sumber gagasan. “Ini bukan sekadar pameran seni, melainkan refleksi perjalanan hidup seorang seniman muda dalam mencari keseimbangan antara estetika dan nilai-nilai kehidupan,” ujar kurator Arik S. Wartono.
Agus “Koecink” Sukamto menambahkan, “Melukis bagi Ariel adalah meditasi visual. Ombak yang berulang, bentuk yang konsisten, menjadi bahasa spiritual yang lebih fasih daripada kata-kata. Konsistensi menggelar pameran tunggal adalah bukti ketahanan mental dan spiritual seorang seniman muda.”
Salah satu karya terbaru yang mencuri perhatian adalah “Pinisi Dalam Pusaran Badai” (2025), lukisan mixmedia dengan cat akrilik, tekstur gipsum-paperclay, dan prada emas di atas kanvas berdiameter 120 cm. Karya ini menghadirkan tekstur tebal yang memberi dimensi baru pada eksplorasi Ariel. Pinisi yang tegak di tengah badai menjadi simbol ketabahan manusia menghadapi tantangan hidup. Kapal tradisional asal Sulawesi Selatan ini, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sejak 2017, dihadirkan Ariel sebagai metafora harapan dan keteguhan jiwa. Salah satu seri karya ini juga tengah dipersiapkan untuk pameran internasional di Korea Selatan tahun 2026.
Menariknya, judul pameran “Lautan Bercerita” beresonansi dengan novel “Laut Bercerita” karya Leila S. Chudori (2017), yang kini sedang dalam proses adaptasi menjadi film layar lebar dan dijadwalkan tayang pada 2026. Semangat keduanya sama: menengok masa lalu sebagai bekal menapaki masa depan.
Pameran ini bukan hanya ruang apresiasi seni, melainkan juga undangan untuk merenungkan perjalanan hidup, keberanian menghadapi badai, dan tekad seorang seniman muda yang memilih hidup sepenuhnya dalam dunia seni.
Salam Budaya! Surabaya, 21 Desember 2025 Arik S. Wartono Kurator, Pendiri dan Pembina Sanggar DAUN
