Gresik, GNN gerbangnusantaranew.com
Pengalaman pahit sebagai korban perundungan di masa sekolah menjadi titik balik bagi Eka Sulia Ningsih. Aktivis perempuan asal Benjeng, Kabupaten Gresik ini kini tampil sebagai penggerak utama dalam upaya pencegahan bullying di lingkungan pendidikan. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi, ia rutin memberikan edukasi kepada pelajar tentang bahaya perundungan dan pentingnya menciptakan sekolah yang aman bagi semua.
Eka, yang akrab disapa, mengisahkan bahwa semasa sekolah ia kerap mengalami perundungan, baik secara verbal maupun sosial. Tekanan tersebut sempat memengaruhi kondisi psikologisnya. Namun, alih-alih terpuruk, ia memilih bangkit dan menjadikan pengalaman itu sebagai pijakan untuk bergerak. “Perundungan bukan hal sepele. Dampaknya bisa panjang dan memengaruhi kesehatan mental seseorang. Karena itu, pencegahan harus dimulai sejak dini,” ujarnya, Senin (15/12/25).
Dalam setiap sosialisasi, Eka menekankan pentingnya kesadaran bersama untuk mengenali bentuk-bentuk bullying, memahami dampaknya, serta mendorong keberanian pelajar untuk bersuara dan saling melindungi. Baginya, sekolah harus menjadi ruang aman, inklusif, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
Sebagai aktivis perempuan, Eka juga konsisten menyuarakan isu perlindungan anak dan remaja, khususnya terkait kekerasan psikologis di dunia pendidikan. Ia menilai masih banyak kasus perundungan yang tidak terungkap karena korban memilih diam akibat rasa takut atau minimnya dukungan.
Melalui gerakannya, Eka mengajak pendidik, orang tua, dan pelajar untuk berperan aktif dalam membangun budaya sekolah yang sehat. “Kalau kita peduli dan berani bertindak, perundungan bisa dicegah. Jangan biarkan korban berjuang sendirian,” tegasnya.(WLO)
