TIM EKSPEDISI PATRIOT UI SOROTI DUA MODEL TRANSMIGRASI: WARISAN KOLONIAL WONOMULYO DAN PEMBANGUNAN KAWASAN TUBBI TARAMANU - Gerbang Nusantara News

01 Desember 2025

TIM EKSPEDISI PATRIOT UI SOROTI DUA MODEL TRANSMIGRASI: WARISAN KOLONIAL WONOMULYO DAN PEMBANGUNAN KAWASAN TUBBI TARAMANU


Polewali Mandar,GNN gerbangnusantaranew.com
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia menyoroti secara mendalam dinamika kelembagaan ekonomi di kawasan transmigrasi Tubbi Taramanu, sebuah wilayah yang menjadi contoh transmigrasi kawasan modern sesuai Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2016. Dalam tinjauan lapangan ini, tim menyaksikan perbedaan kontras antara konsep transmigrasi modern yang dirancang Pemerintah Republik Indonesia dan model transmigrasi masa kolonial di Wonomulyo yang telah membentuk ketahanan sosial-budaya lintas generasi, 30 November 2025.

Di Wonomulyo, jejak transmigrasi kolonial masih terpelihara kuat. Permukiman transmigran Jawa yang terbentuk sejak era Hindia Belanda kini dihuni oleh generasi ketiga dan keempat yang tetap mempertahankan bahasa, gastronomi, serta seni tradisi seperti kuda lumping. Ruang budaya yang lahir secara organik ini tumbuh sebagai melting pot yang terbentuk bukan karena desain kebijakan, melainkan karena kemampuan masyarakat mencipta harmoni dalam perjumpaan antaridentitas. Akulturasi berjalan secara alamiah, menghasilkan perkampungan Jawa yang tetap hidup, membaur, namun tidak kehilangan akar.


Berbeda jauh dari itu, Tubbi Taramanu menjadi cerminan bagaimana transmigrasi di era modern bergerak dalam kerangka pembangunan ekonomi. Kawasan ini dirancang sebagai titik pertumbuhan baru di mana BUMDes, koperasi, kelompok tani, dan kelembagaan lokal lainnya menjadi pilar utama. Transmigrasi di Tutar bukan sekadar perpindahan penduduk, tetapi sebuah strategi untuk menata ekonomi desa secara terencana dan berkelanjutan. “Tim Ekspedisi Patriot UI menekankan bahwa penelitian kami berfokus pada bagaimana penguatan model kelembagaan ekonomi bekerja dalam membangun integrasi sosial serta memperkuat ekonomi masyarakat,” ujar Mohammad Ridha.

Konfigurasi demografi di Tutar juga mencerminkan paradigma baru transmigrasi. Jika Wonomulyo didominasi pendatang dari Jawa, Tutar justru memiliki komposisi berbeda: penduduk lokal Mandar lebih banyak, sementara para transmigran dari luar daerah hadir dalam jumlah yang lebih sedikit. Dengan demikian, melting pot di Tutar bertumpu pada kolaborasi ekonomi dan kerja sama kelembagaan, bukan pada homogenitas etnis. Identitas kolektif tumbuh perlahan melalui aktivitas produksi, perdagangan, dan jaringan sosial baru yang dibentuk dalam kerangka kebijakan pembangunan kawasan.


Tim Ekspedisi menemukan bahwa kedua kawasan ini dapat menjadi pembelajaran tentang kekuatan kelembagaan ekonomi dari akar rumput, agar menjadikan keberhasilan transmigrasi. Meskipun dalam konteks berbeda: Wonomulyo berhasil karena akulturasi budaya yang tumbuh alami, sedangkan Tubbi Taramanu diharapkan dapat berhasil karena penguatan kelembagaan ekonomi yang menjadi fondasi pemajuan wilayah. Perbandingan ini memperlihatkan evolusi transmigrasi Indonesia dari model kolonial berbasis permukiman tunggal menuju transmigrasi kawasan yang terintegrasi dan berorientasi pada pembangunan ekonomi modern.

Tinjauan lapangan ini dilaksanakan oleh Tim Output 3 Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Mohammad Ridha, A.Md., S.Sos., M.Si., bersama para anggota Levi Nur Cahyani, S.Hum., M.Hum., Sri Diaskandhi, S.Hum., Aghnia Sahala Rizky, dan Sabrina Aprilianingrum. Melalui kegiatan ini, tim menegaskan pentingnya membaca kembali sejarah transmigrasi untuk memahami bagaimana kebijakan masa kini dapat memperkuat identitas, ekonomi, dan masa depan kawasan transmigrasi seperti Tubbi Taramanu.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda